Kopi telah melalui perjalanan panjang hingga menjadi salah satu jenis minuman yang demikian populer di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Saking populernya, ada berbagai jenis kopi dan varian rasa yang setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada kopi tubruk khas Jawa-Bali, kopi joss (Yogyakarta), kopi saring (Aceh), dan masih banyak lagi.
Seiring dengan itu, lahirlah pengusaha-pengusaha muda bersaing membuka kedai kopi dan menjual segala macam produk yang diperoleh dari seluruh nusantara. Sebagian besar dari pengusaha kedai kopi itu juga tak lagi sekadar menjual kopi original, tetapi menyediakan produk yang sudah diolah dan dicampur dengan bahan makanan lain sehingga menciptakan rasa baru dan unik.
Kamu yang gemar minum kopi, mungkin memiliki kedai langganan yang menyediakan minuman favoritmu. Tetapi tahukah kamu bahwa kedai-kedai yang sekarang seolah tercecer di seluruh penjuru negeri, bisa jadi tidak dapat kamu jumpai kalau tidak ada yang memelopori. Ibarat kata pepatah, “Selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu”.
Kedai kopi pertama yang berdiri di tanah air adalah Warung Tinggi yang didirikan di kawasan Jalan Hayam Wuruk, Jakarta pada tahun 1878. Dinamakan Warung Tinggi karena letaknya lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Sebelum dikenal sebagai Warung Tinggi, kedai tersebut bernama Tek Soen Ho. Nama ini diambil dari sang pemilik yang merupakan imigran asal Tiongkok, tepatnya berasal dari Guangdong, yaitu Liaw Tek Soen.
Sekilas tentang Liaw Tek Soen dan Warung Tinggi
Liaw Tek Soen berimigrasi ke Indonesia dan menikah dengan seorang perempuan pribumi sekitar abad ke-19. Bersama sang istri, Liaw Tek Soen membuka sebuah warung nasi di kawasan Molenvliet Oost atau yang sekarang dikenal dengan Jalan Hayam Wuruk. Tak disangka, warung nasi yang dibuka itu cukup ramai pengunjungnya, terutama dari kalangan pengayuh becak. Sayangnya, para pengunjung ternyata lebih menyukai minuman kopi yang disediakan di Warung Tinggi dan oleh karena itu mereka mulai menjual kopi saja.
Meski berasal dari Tiongkok, Liaw Tek Soen tidak menjual kopi dari biji-bijian impor. Selama warungnya berdiri, ia membeli biji kopi dari seorang perempuan yang berkeliling membawa bakul. Ia bahkan memanggang sendiri biji kopi tersebut dengan menggunakan kayu bakar, lalu menyeduhnya untuk para pengunjung. Siapa mengira warung kopinya akan maju dengan pesat. Pada tahun 1927, Liaw mampu mendirikan pabrik kopi yang dinamakan Tek Soen Ho (Eerstee Weltrever-denschee Koffiebranderij) di Weltevreden. Weltevreden adalah kawasan pinggiran Batavia yang menjadi tempat tinggal orang-orang Eropa pada masa penjajahan. Lokasi tersebut saat ini merupakan sebagian wilayah Jakarta Pusat.
Beberapa tahun kemudian, usaha kopi yang dirintis Liaw Tek Soen maju pesat. Sekitar awal 1930-an, pabrik Tek Soen Ho bahkan mulai mengekspor bubuk kopi ke Belanda. Kemudian pada tahun 1969, keturunan Liaw Tek Soen meneruskan usaha kopi tersebut. Pembagiannya antara lain, ada seorang yang mengurus bagian produksi dan penjualan, ada yang mengurusi pembelian bahan mentah, satu orang di bagian keuangan, dan satu lagi menangani pemasaran. Pada masa inilah mereka mulai mengekspor produk hingga ke Jepang dan Timur Tengah.
Perubahan Nama Warung Tinggi
Tak cukup sampai di situ, usaha turun temurun kopi dari generasi ke generasi ini mengalami perubahan. Tahun 1990-an, generasi keempat Liaw Tek Soen berbagi warisan yang akhirnya membuat kedai kopi Warung Tinggi berpisah kongsi. Ada yang mendapatkan warisan bangunan kedai pertama di Jalan Hayam Wuruk, satu orang lagi menerima hak atas nama dagang Warung Tinggi, sedangkan anggota keluarga yang lain menerima warisan uang.
Pewaris nama dagang Warung Tinggi meneruskan usaha kedai kopi keluarga, kemudian membuka gerai dengan nama baru, yaitu Koffie Warung Tinggi. Sementara pewaris yang mendapatkan gedung memutuskan untuk membuka kedai modern yang diberi nama Bakoel Koffie sekitar awal tahun 2000-an.
Terhitung sejak 1878, Warung Tinggi telah berdiri selama lebih dari 100 tahun dan semakin berkembang. Kedainya kini sudah menembus pasar modern dan banyak dibuka di pusat perbelanjaan, hotel, maupun gedung perkantoran. Meskipun lebih modern, namun Koffie Warung Tinggi senantiasa mempertahankan menu kopi andalan, yaitu kopi jantan dan kopi betina. Kopi jantan yang memiliki rasa kuat dianggap berkhasiat dalam meningkatkan vitalitas pria, sedangkan kopi betina lebih menjangkau penikmat kopi dari kalangan anak muda.
Kalau kamu ingin mencicipi secangkir kopi dari kedai legendaris itu, kamu bisa datang ke sejumlah lokasi di Jakarta. Lokasi pertama ada di Jalan Sekolah Tangki Lio No. 26, Hayam Wuruk, Jakarta Barat yang buka setiap hari pukul 09.00-15.00 WIB. Ada juga yang terletak di kawasan Grand Indonesia West Mall Level 5, Jalan M.H. Thamrin No. 1, Jakarta yang buka hingga pukul 22.00 WIB. Buat kamu yang pernah ngopi di Grand Indonesia, Koffie Warung Tinggi di sana lebih dikenal dengan nama Warung Koffie Batavia.
Nah, selain Koffie Warung Tinggi, kamu juga bisa mencoba mencicipi kopi di kedai “saudara”-nya, yaitu Bakoel Koffie. Bakoel Koffie telah memiliki sejumlah cabang di Jakarta sejak 2010 lalu, yakni di Cikini, Kuningan, Senopati, Bintaro, dan Kelapa Gading.