Karakter layaknya sebuah pohon dan reputasi seperti bayangan. Bayangan itulah pikiran kita; pohon tersebut adalah kenyataan.
Tokoh yang satu ini sudah banyak dikenal orang. Keyakinannya dan perjuangannya akan kesetaraan manusia di tanah Amerika mengantarkan namanya sebagai salah satu Presiden Amerika yang memiliki sumbangsih besar, terutama dalam hal kesetaraan antara kaum kulit putih dan kulit hitam.
Pemerintahan Abraham Lincoln harus dilalui dengan terhadinya perang sipil di Amerika. Pertentangan yang terjadi antara blok utara dan selatan membuat Lincoln berada pada sebuah dilema, mendahulukan usaha kesetaraannya atau menyudahi perang.
Karir politiknya diawali dari Black Hawk War yang pecah pada tahun 1892. Di masa itu, ia terpilih menjadi seorang kapten. Sayangnya, ia tidak berperang dengan siapapun, namun berhasil melakukan pergerakan politis dan diplomatis demi tujuan tim yang dipimpinnya.
Setelah perang usai, Abraham Lincoln masuk ke dalam jajaran Illinois State Legislature. Di masa jabatannya inilah, ia merasa bahwa perbudakan bukan hanya sebuah penyimpangan moral yang dilakukan bangsanya, tapi juga penghambat ekonomi.
Melihat hal itu, ia memutuskan untuk belajar hukum di John T. Stuart Law Form di Springfield, Illinois. Dari situ, ia terkenal akan kepiawaiannya sebagai diplomator dan seorang pengacara. Dalam kasus yang ditanganinya, ia lugas menggunakan kata kata dan bijak dalam pemikiran.
Tahun 1847 hingga 1849, Abraham Lincoln ditunjuk sebagai anggota U. S. House of Representative. Walaupun tak cukup lama, Lincoln cukup melakukan hal yang signifikan pada masa jabatannya. Ia menentang Mexican-American War yang dilakukan pemerintahan Amerika waktu itu.
Selepas jabatannya, Abraham Lincoln kembali menjadi pengacara. Tahun 1854, Kongres Amerika mengesahkan Kansas-Nebraska Act, yang menyatakan bahwa tiap negara bagian berhak menyatakan dukungannya terhadap perbudakan atau tidak.
Jelas, hal ini ditentang oleh Abraham Lincoln dan makin memotivasi dirinya untuk melawan perbudakan di Amerika. Tahun 1857, Abraham Lincoln menentang ucapakan Mahkamah Agung, Scott V. Stanford bahwa orang kulit hitam bukanlah warga negara dan tidak mempunyai hak warga negara.
Ia kemudian maju dalam pemilihan U. S. Senator melawan Stephen Douglas, U. S. Senator waktu itu. Dalam orasinya, ia mengkritik Stephen Douglas, Scott V. Stanford dan Presiden Buchanan yang melegalkan perbudakan. Sayangnya, Abraham Lincoln kalah dalam pemilihan.
Di tahun 1860, Abraham Lincoln maju sebagai salah satu kandidat presiden Amerika Serikat. Ia dicalonkan karena visinya untuk menghapus perbudakan di Amerika mendapat dukungan banyak kalangan.
Abraham Lincoln berhasil memenangkan pemilihan dengan mendapatkan 1, 8662, 425 suara, dimana pesaingnya Douglas (1, 376, 957), Breckinridge (849, 781), dan Bell (588, 789).
Dalam pemerintahannya, Abraham Lincoln dianggap membuat banyak kebijakan kontroversi, antara lain:
- Menggelontorkan 2 juta dollar dari APBN untuk persenjataan tanpa persetujuan kongress
- Memanggil 75, 000 sukarelawan untuk mengikuti wajib militer tanpa ada pengumuman perang
- Menghapuskan peraturan Habeas Corpus dan menggantikan dengan ex parte Merryman.
Ia kemudian mengumumkan sebuah pencerahan akan penghapusan perbudakan di Amerika dengan menandatangani Emancipation Proclamation pada 1 Januari 1863. Naskah ini memicu disahkannya Amandemen ke 13 (the Third Amendment) yang secara sah menghapuskan perbudakan dari Amerika.
Walaupun penuh dengan kontroversi, Abraham Lincoln masih dianggap sebagai salah satu presiden Amerika Serikat yang memiliki visi dan suatu kata bijak bagi bangsanya. Sayangnya, perjuangannya berakhir ketika pada 14 April 1865, ia dibunuh oleh John Wilkes Booth.